BUDAYA KOMUNIKASI MENGGUNAKAN MEDIA
SOSIAL DI KALANGAN MAHASISWA
Dewasa ini, perkembangan teknologi
semakin canggih. Dari tahun ke tahun, temuan hasil karya-karya yang inovatif
semakin memudahkan pekerjaan manusia. Teknologi tersebut sangat memudahkan
manusia, terutama dalam hal berkomunikasi. Dari temuan sebelumnya seperti surat
pos, kini “disulap” menjadi e-mail atau surat elektronik.
Media massa seperti media cetak dan media elektronik juga berkembang pesat.
Untuk memperoleh informasi yang cepat dan terbaru, kini cukup dengan internet.
Berkembangnya internet menjadi trend masa kini, yang dikategorikan sebagai new media.
Internet awalnya digunakan oleh Amerika untuk keperluan militer. Pencetusnya
bernama ARPA-net yang menghubungkan satu komputer ke komputer lain. Kemudian
berkembang dan akhirnya lahirlah sebuah internet (interconnected network).
Internet awalnya digunakan di sebuah universitas di Amerika. Lama-kelamaan
internet dapat diakses di setiap rumah-rumah melalui kabel telepon. Hingga
sekarang internet dapat diakses melalui handphone, pc tablet,
dan gadget-gadgetlainnya.
Situs di internet atau biasa disebut
web yang tersedia diakses oleh penggunanya yang tidak ada habisnya. Munculnya
internet di masyarakat dapat melihat dunia lebih luas. Menurut Sardar
(2008:159), “Pendukung web berpendapat bahwa web membuka era demokratisasi baru
dengan memberikan kuasa kepada orang biasa untuk memproduksi dan menerima
informasi dan hiburan dari seluruh dunia”.
Internet banyak digunakan karena dapat berbagi informasi secara cepat. Beberapa
situs yang tersedia yaitu media sosial atau social media. Media
sosial yaitu media online, atau situs yang menyediakan penggunanya untuk
berbagi tulisan, obrolan, dan lain-lain. Situs media sosial seperti blog,
facebook, twitter, wordpress, friendster, myspace, google+ dan masih banyak
lagi situs-situs lainnya.
Masyarakat yang menggunakan media sosial sebagai alat
komunikasi, dapat mempererat hubungan satu sama lain. Dengan media sosial kita
juga bisa menambah teman. Sebelum kita dapat terhubung dengan teman di media
sosial, kita harus punya perangkat pendukung seperti komputer, handphone, atau gadget lainnya
yang dapat mengakses internet. Media sosial diakses penggunanya bertujuan untuk
saling berbagi informasi, saling berbagi foto atau video. Media sosial memang
dirancang untuk itu, seperti halnya Facebook. Situs pertemanan ini dibuat oleh
mahasiswa Amerika. Awalnya pengguna facebook hanya di kalangan universitas itu
sendiri. Kemudian berkembang hingga sekarang penggunanya mencapai jutaan orang.
Maraknya situs pertemanan di Indonesia disambut oleh masyarakat yang kebanyakan
penggunanya adalah remaja. Penggunaanya dari tahun ke tahun semakin meningkat,
mulai dari dewasa dan mewabah ke orang tua, bahkan anak-anak. Mereka
menggunakan situs pertemanan karena kebanyakan remaja Indonesia cenderung mengikuti lifestyle yang
terbaru. Apalagi didukung dengan teknologi terbaru yang kini sedang
heboh-hebohnya juga, misalnya dengan smartphone atau pc
tablet.
Selain itu terdapat situs media
sosial seperti blog, wordpress yang menyediakan penggunanya dapat memposting
tulisan atau artikelnya. Seperti halnya blog, disini kita dapat menulis
dan mempostingnya sehingga dapat dilihat oleh pengguna lain. Isinya dapat
berupa tentang kesehatan, ilmu pendidikan, catatan harian atau hal-hal lain
yang kita tulis. Tulisan yang dimuat di blog atau wordpress dapat kita
komentari sehingga terjadi komunikasi di dunia maya.
Banyaknya situs media sosial yang populer dan berkembangya teknlogi,
makin banyak pula masyarakat yang menggunakannya. Karena kebutuhan manusia
tidak ada habisnya dan era saat ini masyarakat selalu sadar informasi. Tahun ke
tahun pengguna situs media sosial di Indonesia semakin marak. Ada pula
masyarakat mengambil kesempatannya ini sebagai media promosi, seperti berbisnis
dan promosi lewat twitter atau facebook, berkampanye politik dan
lain-lain.
Banyak produsen teknologi yang bersaing di Indonesia karena kesempatan pasar
yang masyarakatnya “haus” gadget terbaru. Produsen membuat
inovatif terbaru yang diminati oleh konsumen. Harga yang ditawarkan pun bisa
dikatakan tidak mahal. Hanya dengan handphone mereka bisa mengakses internet,
dan membuka situs media sosial yang disediakan. Media sosial yang banyak
diakses adalah situs pertemanan. Mereka bisa menghabiskan berjam-jam dengan di
depan komputer, atau dengan handphone yang didukung untuk
mengakses internet. Aplikasi yang diberikan cukup beragam, seperti Facebook.
Banyak fitur yang diberikan, seperti game, videocall, chatting,
berbagi foto atau video, update status, dan masih banyak lagi.
Menjelajah media sosial tidak ada habisnya. Hal ini bisa dikatakan bahwa
ketergantungan masyarakat terhadap media sosial sudah mewabah di negeri ini.
“Social
media merupakan bagian dari teknologi yang tidak bisa dihindari. Artinya, teknologi
itu akan datang dan kita tidak bisa menghindar. Misalnya ada sisi negatifnya
lalu kita tidak boleh menggunakan itu, tentu tidak bisa. Teknologi merupakan
keniscayaan sejarah, dengan segala konsekuensinya. Teknologi akan selalu
datang. Ketika kita menghambatnya, berarti kita telah menghambat perkembangan
dan pengetahuan manusia di muka bumi,” ujar Henry.
Memang teknologi tak bisa ditahan.
Selama manusia masih mampu berpikir dan berinovasi, maka teknologi baru akan
terus bermunculan. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik teknologi baru
tercipta. Tak jauh berbeda dengan perkembangan media yang kini memasuki era new
media atau sering dikatakan sebagai media masa depan. Menurut dosen Ilmu
Komunikasi Institut Manajemen Telkom (IM Telkom), Alila Pramiyanti, S.Sos,
M.Si, new media memiliki konsep cukup luas dan perkembangannya pun cukup pesat.
Tilik saja perkembangan komputer, internet, handphone, smartphone, hingga
tablet. Dengan perkembangan ini, banyak hal turut berubah, seperti kebiasaan,
pola hidup, hingga cara berkomunikasi. Perubahan jelas berdampak positif maupun
negatif. “Ketika teknologi komunikasi berkembang, cara orang berkomunikasi pun
berubah, dan pasti ada efek positif dan negatifnya. Positifnya, arus informasi
jadi lebih mudah, cepat, real time. Negatifnya, orang jadi kurang bertatap muka
dan lebih asyik dengan gadget-nya,” kata Alila.
Perubahan Budaya
Melihat budaya dahulu, berkomunikasi tatap muka merupakan hal yang terjadi
setiap harinya. Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan
satu sama lain. Tidak mungkin seorang manusia tidak berinteraksi dengan orang
lain sama sekali. Masyarakat tidak tergantung pada alat komunikasi modern
seperti telepon. Budaya silaturahmi masih terasa saat itu, yang menjalin hubungan
akrab antar satu sama lain. Berkenalan dengan orang lain pun, pastinya dengan “face
to face”.
Dengan hadirnya surat-menyurat kemudian muncul teknologi telepon, handphone atau
sms, hingga media sosial, sedikit demi sedikit budaya tatap muka sangat jarang
terjadi. Hadirnya internet yang memudahkan untuk mengakses media sosial, yang
memudahkan untuk berkomunikasi sesama pengguna justru membawa pengaruh lain
yang membentuk budaya baru. Sebagai contoh pengucapan hari raya Idul Fitri.
Hari besar umat Islam ini di Indonesia dikenal dengan budaya silaturahmi. Dari
rumah ke rumah, bersalaman dan bertatapan muka kepada sesama umat yang
menjalankannya. Jarak yang dekat maupun jauh bisa bertemu langsung. Tetapi
lama-kelamaan hadirnya media sosial, cukup dengan mengucapkan melalui media
ini. Media sosial yang membentuk budaya baru memang memudahkan kita untuk
berkomunikasi, tetapi budaya silaturahmi ini seakan-akan “luntur”.
Salah satu penyebabnya yaitu
modernisasi.
Modernisasi dapat diartikan sebagai perubahan
masyarakat dari masyarakat tradisional yang selalu tertutup berubah menjadi
masyarakat yang lebih terbuka terhadap informasi-informasi terbaru. Modernisasi
yang tidak lain merupakan paham yang pada dasarnya berkiblat pada kehidupan
kebarat-baratan baik dari segi budaya, gaya bahasa, maupun sampai dengan
sesuatu yang prinsip dalam diri seseorang, ini merupakan sebuah perubahan yang
tidak terlalu cocok dengan kebudayaan dan pedoman hidup orang di Indonesia (Arfin, dkk. 2010: 113)
Budaya berkomunikasi melalui media sosial membawa dampak lain jika keseringan
menggunakannya. Dalam buku teori komunikasi massa (McLuhan, dalam Andy dan
Farid (eds), 2010: 39) mengatakan bahwa “dalam menggunakan media, orang
cenderung mementingkan isi pesannya saja dan orang sering kali tidak menyadari
bahwa media yang menyampaikan pesan itu juga memengaruhi kehidupannya”.
Sebagai contohnya adalah Facebook. Situs pertemanan ini bisa membawa pengaruh
negatif jika tidak menyikapinya dengan benar. Fenomena kemunculan situs-situs
jejaring sosial semacam FB memberi dampak yang cukup signifikan dalam mengubah
pola interaksi sosial antara sesama manusia dalam berkomunikasi (Pratiwi,
Jurnal Komunikasi, No.2, April 2012: 152). Masyarakat yang aktif di dunia maya,
belum tentu aktif di dunia nyata. Dalam hal berinteraksi secara langsung,
mereka masih kurang. Mereka bisa menghabiskan waktunya hanya dengan “bermain”
Facebook.
Masyarakat yang masih mengandalkan media sosial sebagai alat komunikasi, mereka
yang kurang berhati-hati dalam menyikapinya bisa saja melupakan teman-teman
“fisik” disekitarnya. Mereka cukup berkomunikasi melalui media sosial tanpa
bertemu langsung. Karena kurangya bertatap muka, bisa jadi seseorang “kurang
mahir” dalam berbicara. Lama-kelamaan seseorang dapat melupakan kehadiran
kehidupan nyata disekitarnya.
Fenomena chatting, videocall, comment, update status, tweet, yang
selalu melekat di kehidupan sehari-hari seolah-olah sangat penting. Tak jarang
jika seseorang bertemu dengan sesama teman penggunanya secara langsung untuk
meminta balasan pesan, “like statusku”, “balas commentku”.
Bertatap muka pun beralih ke dunia maya. Mereka berkomunikasi cukup dengan
media sosial. Apalagi media sosial yang didukung dengan aplikasi tambahan yang
cukup menghibur. Mereka terjebak di dunia maya seakan tidak ada habisnya. Para
pengguna internet hanyut dalam realitas virtual yang bersifat imajinatif bahkan
fantasi (Adam, Jurnal Komunikasi, No.1, Oktober 2009 : 82).
Online adalah
sebuah kosakata umum dalam dunia keseharian kita yang merujuk pada koneksi kita
dengan dunia internet (Adam, Jurnal Komunikasi, No.1, Oktober 2009 : 73).
Budayaonline sudah mewabah di masyarakat. Media sosial seperti
Facebook, Twitter tidak ada peraturan kosakata yang digunakan. Masyarakat yang
menggunakannya bebas menulis walaupun ejaannya kurang benar. Sering terjadi
penyingkatan kata, yang memengaruhi dalam pembelajaran kosakata dengan benar.
Sebagai contoh kata “kamseupay”, kata ini kepanjangan dari “kampungan sekali
uh payah” merupakan sebutan dari seseorang yang “kampungan”, yang kurang
trend, yang tidak mengertilifestyle terkini. Dalam pembicaraan
sehari-hari pun kata tersebut diucapkan jika terdapat sosok seseorang yang
“kamseupay”. Sehingga budaya pengucapan yang benar menjadi berubah karena media
sosial.
Perubahan Pola Komunikasi
Perubahan
pola komunikasi yang terjadi setelah tumbuhnya social media cukup besar. Dulu,
konsep dasar komunikasi pada media adalah adanya komunikator yang sering
dijabarkan sebagai media massa, kelompok besar atau organisasi, sementara
komunikan adalah masyarakat yang hanya menerima dan memberikan respon atau
feedback tertunda. Kini, konsep itu berubah drastis. Saat ini, individu dapat
menjadi komunikator untuk khalayak luas. Seorang komunikan pun dapat berubah
menjadi komunikator ketika ia dapat mengungkapkan atau mendorong bahkan
mempropaganda masyarakat lainnya.
“Sekarang
yang namanya audiens atau komunikan bisa sekaligus menjadi komunikator.
Artinya, saat ini publik dapat menjadi komunikator, sedangkan dulu komunikator
adalah media, institusi-institusi besar, dan organisasi-organisasi besar. Jadi,
masyarakat dulu semi pasif atau bahkan pasif yang hanya menerima, kalaupun
berkomentar sifatnya terbatas dan tertunda. Sekarang, masyarakat pengguna media
konvensional pun kalah waktunya dibandingkan pengguna media modern semacam
social media. Gadget lebih sering digunakan ketimbang menonton televisi atau
membaca koran,” tutur Henry.
Dia
melanjutkan, “Apakah seseorang selama membuka social media akan diam saja?
Tentu tidak. Ia akan baca, forward pesan, komentar, bahkan membuat status
atau twit baru, dan disebarkan. Ini berarti dia sudah menjadi komunikator.
Jadi, publik menjadi komunikator untuk publik yang lain,” jelas Henry.
Tak
hanya pola komunikasi yang terus berubah jika dilihat dari sisi sejarahnya.
Dosen Sekolah Komunikasi dan Multimedia (SKM) IM Telkom, Imansyah Lubis, S.Sos,
M.Si. memaparkan, perubahan bermula dari komunikasi yang menggunakan simbol
berbentuk grafik, gambar atau lukisan. “Dahulu orang berkomunikasi salah satunya
dengan lukisan gua yang sifatnya piktorial dan visual, lalu diciptakan huruf
misalnya huruf Mesir, Cina dan Jepang yang berasal dari gambar. Hingga saat ini
munculah huruf-huruf yang dipahami. Nah, kini muncul lagi emoticon atau
berbagai gambar, misalnya dalam sms, seperti bibir tersenyum dan sebagainya.
Ini sebuah perubahan yang kembali kepada visual. Misalnya handphone dulu
menggunakan tulisan ‘SMS’ atau ‘foto’ untuk menunjukkan menu tersebut. Tapi
kini SMS (short message service) menggunakan lambang amplop dan foto dengan
gambar kamera. Semuanya kembali kepada visual atau simbol, graphic user
interface,” paparny.
Lain
halnya dengan Alila yang menyatakan, terjadi dua perubahan signifikan pola
komunikasi. Pertama, berkurangnya komunikasi tatap muka. Padahal komunikasi
tatap muka cukup penting untuk mengetahui bermacam bahasa tubuh yang tak bisa
diungkapkan dalam kata-kata saat berbicara. “Bahasa tubuh, mimik wajah,
intonasi suara yang spontan saat berbicara langsung tatap muka tak dapat
tergantikan. Meski sekarang ada emoticon, menurut saya, tetap saja berbeda.
Emoticon akan terbatas dan tak bersifat spontan. Komunikasi tatap muka akan
lebih menemukan ekspresi manusia secara lebih luas lagi,” ungkap Alila.
Senada
Alila, Henry berpendapat, komunikasi tatap muka memang semakin berkurang
setelah munculnya social media. Misalnya, pertemanan dan sosialisasi dengan
tetangga cukup menurun ketimbang sebelum adanya new media. Padahal, “Komunikasi
personal tetap penting, terutama untuk keluarga inti. Kalau kangen ke orang tua
kan pengen ketemu langsung, apalagi orangtuanya tidak suka pakai twitter. Tapi
di lingkungan lebih horisontal seperti ke tetangga, kenalan, dan sebagainya
interaksi akan lebih banyak via social media,” tambah Henry
Perubahan
kedua menurut Alila, munculnya budaya texting yaitu terbiasa menulis dalam
bentuk teks-teks singkat. Budaya texting ini juga berpengaruh terhadap
kemampuan menulis (writing skill). "Contohnya mahasiswa, mereka
sering menggunakan gaya bahasa ataupun tulisan SMS atau BBM (Blackberry
Messenger) dalam ujian sehingga pembahasan mereka lebih singkat, kurang
lengkap, analisisnya kurang mendalam. Menurut saya, kemampuan generasi
sekarang agak menurun dalam writing skill, khususnya dalam analisis, membuat
paper, marketing plan, atau menyusun karya ilmiah seperti skripsi. Mungkin
karena mereka terbiasa dengan space terbatas,” katanya.
Perubahan pola komunikasi akibat berkembangnya new media memang tak begitu disadari langsung masyarakat. Namun dari esensi dan nilai komunikasi amat terasa, sebab terkadang seseorang lebih sering berkomunikasi di dunia maya ketimbang berkomunikasi langsung di dunia nyata.
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan diatas, maka peneliti mencoba untuk merumuskan masalah dengan
tujuan untuk mengarahkan permasalahan yang akan diteliti, sehingga pada
penelitian ini. Peneliti menyimpulkan rumusan masalah yang akan diteliti.
Dewasa ini, perkembangan teknologi
semakin canggih. Dari tahun ke tahun, temuan hasil karya-karya yang inovatif
semakin memudahkan pekerjaan manusia. Teknologi tersebut sangat memudahkan
manusia, terutama dalam hal berkomunikasi. Dari temuan sebelumnya seperti surat
pos, kini “disulap” menjadi e-mail atau surat elektronik. Media massa seperti
media cetak dan media elektronik juga berkembang pesat. Untuk memperoleh
informasi yang cepat dan terbaru, kini cukup dengan internet. Berkembangnya
internet menjadi trend masa kini, yang dikategorikan sebagai new media.
Internet awalnya digunakan oleh
Amerika untuk keperluan militer. Pencetusnya bernama ARPA-net yang
menghubungkan satu komputer ke komputer lain. Kemudian berkembang dan akhirnya
lahirlah sebuah internet (interconnected network). Internet awalnya digunakan
di sebuah universitas di Amerika. Lama-kelamaan internet dapat diakses di
setiap rumah-rumah melalui kabel telepon. Hingga sekarang internet dapat
diakses melalui handphone, pc tablet, dan gadget-gadget lainnya.
Situs di internet atau biasa disebut web
yang tersedia diakses oleh penggunanya yang tidak ada habisnya. Munculnya
internet di masyarakat dapat melihat dunia lebih luas. Menurut Sardar
(2008:159), “Pendukung web berpendapat bahwa web membuka era demokratisasi baru
dengan memberikan kuasa kepada orang biasa untuk memproduksi dan menerima
informasi dan hiburan dari seluruh dunia”.
Internet banyak digunakan karena
dapat berbagi informasi secara cepat. Beberapa situs yang tersedia yaitu media
sosial atau social media. Media sosial yaitu media online, atau situs yang
menyediakan penggunanya untuk berbagi tulisan, obrolan, dan lain-lain. Situs
media sosial seperti blog, facebook, twitter, wordpress, friendster, myspace,
google+ dan masih banyak lagi situs-situs lainnya.
Masyarakat yang menggunakan media sosial
sebagai alat komunikasi, dapat mempererat hubungan satu sama lain. Dengan media
sosial kita juga bisa menambah teman. Sebelum kita dapat terhubung dengan teman
di media sosial, kita harus punya perangkat pendukung seperti komputer,
handphone, atau gadget lainnya yang dapat mengakses internet. Media sosial
diakses penggunanya bertujuan untuk saling berbagi informasi, saling berbagi
foto atau video. Media sosial memang dirancang untuk itu, seperti halnya
Facebook. Situs pertemanan ini dibuat oleh mahasiswa Amerika. Awalnya pengguna
facebook hanya di kalangan universitas itu sendiri. Kemudian berkembang hingga
sekarang penggunanya mencapai jutaan orang.
Maraknya situs pertemanan di
Indonesia disambut oleh masyarakat yang kebanyakan penggunanya adalah remaja.
Penggunaanya dari tahun ke tahun semakin meningkat, mulai dari dewasa dan
mewabah ke orang tua, bahkan anak-anak. Mereka menggunakan situs pertemanan
karena kebanyakan remaja Indonesia cenderung mengikuti lifestyle yang terbaru.
Apalagi didukung dengan teknologi terbaru yang kini sedang heboh-hebohnya juga,
misalnya dengan smartphone atau pc tablet.
Selain itu terdapat situs media
sosial seperti blog, wordpress yang menyediakan penggunanya dapat memposting tulisan
atau artikelnya. Seperti halnya blog,
disini kita dapat menulis dan mempostingnya sehingga dapat dilihat oleh
pengguna lain. Isinya dapat berupa tentang kesehatan, ilmu pendidikan, catatan
harian atau hal-hal lain yang kita tulis. Tulisan yang dimuat di blog atau
wordpress dapat kita komentari sehingga terjadi komunikasi di dunia maya.
Banyaknya situs media sosial yang
populer dan berkembangya teknlogi, makin banyak pula masyarakat yang
menggunakannya. Karena kebutuhan manusia tidak ada habisnya dan era saat ini
masyarakat selalu sadar informasi. Tahun ke tahun pengguna situs media sosial
di Indonesia semakin marak. Ada pula masyarakat mengambil kesempatannya ini
sebagai media promosi, seperti berbisnis dan promosi lewat twitter atau facebook,
berkampanye politik dan lain-lain.
Banyak produsen teknologi yang
bersaing di Indonesia karena kesempatan pasar yang masyarakatnya “haus” gadget
terbaru. Produsen membuat inovatif terbaru yang diminati oleh konsumen. Harga
yang ditawarkan pun bisa dikatakan tidak mahal. Hanya dengan handphone mereka
bisa mengakses internet, dan membuka situs media sosial yang disediakan. Media
sosial yang banyak diakses adalah situs pertemanan. Mereka bisa menghabiskan
berjam-jam dengan di depan komputer, atau dengan handphone yang didukung untuk
mengakses internet. Aplikasi yang diberikan cukup beragam, seperti Facebook.
Banyak fitur yang diberikan, seperti game, videocall, chatting, berbagi foto
atau video, update status, dan masih banyak lagi. Menjelajah media sosial tidak
ada habisnya. Hal ini bisa dikatakan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap
media sosial sudah mewabah di negeri ini.
Perubahan Budaya
Melihat budaya dahulu,
berkomunikasi tatap muka merupakan hal yang terjadi setiap harinya. Karena
manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Tidak
mungkin seorang manusia tidak berinteraksi dengan orang lain sama sekali.
Masyarakat tidak tergantung pada alat komunikasi modern seperti telepon. Budaya
silaturahmi masih terasa saat itu, yang menjalin hubungan akrab antar satu sama
lain. Berkenalan dengan orang lain pun, pastinya dengan “face to face”.
Dengan hadirnya surat-menyurat
kemudian muncul teknologi telepon, handphone atau sms, hingga media sosial,
sedikit demi sedikit budaya tatap muka sangat jarang terjadi. Hadirnya internet
yang memudahkan untuk mengakses media sosial, yang memudahkan untuk
berkomunikasi sesama pengguna justru membawa pengaruh lain yang membentuk
budaya baru. Sebagai contoh pengucapan hari raya Idul Fitri. Hari besar umat
Islam ini di Indonesia dikenal dengan budaya silaturahmi. Dari rumah ke rumah,
bersalaman dan bertatapan muka kepada sesama umat yang menjalankannya. Jarak
yang dekat maupun jauh bisa bertemu langsung. Tetapi lama-kelamaan hadirnya
media sosial, cukup dengan mengucapkan melalui media ini. Media sosial yang
membentuk budaya baru memang memudahkan kita untuk berkomunikasi, tetapi budaya
silaturahmi ini seakan-akan “luntur”.
Salah satu penyebabnya yaitu
modernisasi.
Modernisasi dapat diartikan sebagai
perubahan masyarakat dari masyarakat tradisional yang selalu tertutup berubah
menjadi masyarakat yang lebih terbuka terhadap informasi-informasi terbaru.
Modernisasi yang tidak lain merupakan paham yang pada dasarnya berkiblat pada
kehidupan kebarat-baratan baik dari segi budaya, gaya bahasa, maupun sampai
dengan sesuatu yang prinsip dalam diri seseorang, ini merupakan sebuah
perubahan yang tidak terlalu cocok dengan kebudayaan dan pedoman hidup orang di
Indonesia (Arfin, dkk. 2010: 113)
Budaya berkomunikasi melalui media
sosial membawa dampak lain jika keseringan menggunakannya. Dalam buku teori
komunikasi massa (McLuhan, dalam Andy dan Farid (eds), 2010: 39) mengatakan
bahwa “dalam menggunakan media, orang cenderung mementingkan isi pesannya saja
dan orang sering kali tidak menyadari bahwa media yang menyampaikan pesan itu
juga memengaruhi kehidupannya”.
Sebagai contohnya adalah Facebook.
Situs pertemanan ini bisa membawa pengaruh negatif jika tidak menyikapinya
dengan benar. Fenomena kemunculan situs-situs jejaring sosial semacam FB
memberi dampak yang cukup signifikan dalam mengubah pola interaksi sosial
antara sesama manusia dalam berkomunikasi (Pratiwi, Jurnal Komunikasi, No.2,
April 2012: 152). Masyarakat yang aktif di dunia maya, belum tentu aktif di
dunia nyata. Dalam hal berinteraksi secara langsung, mereka masih kurang.
Mereka bisa menghabiskan waktunya hanya dengan “bermain” Facebook.
Masyarakat yang masih mengandalkan
media sosial sebagai alat komunikasi, mereka yang kurang berhati-hati dalam
menyikapinya bisa saja melupakan teman-teman “fisik” disekitarnya. Mereka cukup
berkomunikasi melalui media sosial tanpa bertemu langsung. Karena kurangya
bertatap muka, bisa jadi seseorang “kurang mahir” dalam berbicara.
Lama-kelamaan seseorang dapat melupakan kehadiran kehidupan nyata disekitarnya.
Fenomena chatting, videocall,
comment, update status, tweet, yang selalu melekat di kehidupan sehari-hari
seolah-olah sangat penting. Tak jarang jika seseorang bertemu dengan sesama
teman penggunanya secara langsung untuk meminta balasan pesan, “like statusku”,
“balas commentku”. Bertatap muka pun beralih ke dunia maya. Mereka
berkomunikasi cukup dengan media sosial. Apalagi media sosial yang didukung
dengan aplikasi tambahan yang cukup menghibur. Mereka terjebak di dunia maya
seakan tidak ada habisnya. Para pengguna internet hanyut dalam realitas virtual
yang bersifat imajinatif bahkan fantasi (Adam, Jurnal Komunikasi, No.1, Oktober
2009 : 82).
Online adalah sebuah kosakata umum
dalam dunia keseharian kita yang merujuk pada koneksi kita dengan dunia
internet (Adam, Jurnal Komunikasi, No.1, Oktober 2009 : 73). Budaya online
sudah mewabah di masyarakat. Media sosial seperti Facebook, Twitter tidak ada
peraturan kosakata yang digunakan. Masyarakat yang menggunakannya bebas menulis
walaupun ejaannya kurang benar. Sering terjadi penyingkatan kata, yang
memengaruhi dalam pembelajaran kosakata dengan benar. Sebagai contoh kata
“kamseupay”, kata ini kepanjangan dari “kampungan sekali uh payah” merupakan
sebutan dari seseorang yang “kampungan”, yang kurang trend, yang tidak mengerti
lifestyle terkini. Dalam pembicaraan sehari-hari pun kata tersebut diucapkan
jika terdapat sosok seseorang yang “kamseupay”. Sehingga budaya pengucapan yang
benar menjadi berubah karena media sosial.
Terjebak di Media Sosial
Apakah efek negatif dari media sosial
dapat dihindari? Tentu saja bisa, dengan menyikapi dan bertanggung jawab dalam
menggunakannya kita dapat menggunakan media sosial secara bijak. Media sosial
diciptakan untuk memudahkan kita berkomunikasi, bukan mempersulit. Komunikasi
memang diperlukan, apalagi jarak yang jauh tidak ada halangan jika kita
menggunakan media sosial.
Dunia maya memang menarik,
bebas, dan tidak ada habisnya. Media sosial dibuat se-menarik mungkin agar
penggunanya bertambah dan mendaftarkan dirinya di dunia “virtual” ini. Hanya
dengan duduk manis di depan laptop yang terhubung dengan internet, kita bisa
menjelajah semau kita. Media sosial tiada henti berinovatif memberikan aplikasi
yang menarik untuk dikunjungi. Tanpa sadar kita menggunakan media sosial dengan
menghabiskan waktu berjam-jam lamanya hanya dengan laptop dan masih duduk manis
tanpa memperdulikan orang lain di sekitar kita. Hal inilah yang membuat
“kecanduan” mengakses media sosial.
Pada buku teori komunikasi massa
(McLuhan, dalam Andy dan Farid (eds), 2010: 31): “We Shape our tools and they
in turn shape us” (Kita membentuk peralatan kita dan mereka pada gilirannya
membentuk kita).
Apakah kita mau, teknologi yang
dibuat oleh manusia kemudian teknologi itu sendiri mempersulit manusia?
Menghadapi persoalan tersebut kita harus menyikapi dalam menggunakan sebuah
teknologi. Berhati-hati dalam menggunakan teknologi itu sangat perlu. Seperti
halnya, kita menggunakan media sosial. Media sosial itu sendiri bertujuan untuk
berinteraksi dengan satu sama lain secara tidak langsung atau tidak bertatap
muka. Fasilitas yang diberikan memang memudahkan untuk berhubungan dengan jarak
yang jauh. Terhubung dengan dunia maya, kita juga harus memperdulikan dunia
nyata kita.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi yang
inovatif memudahkan pekerjaan manusia, terutama dalam hal berkomunikasi. Gadget
yang dilengkapi akses internet dapat membuka situs media sosial. Media sosial
adalah media online, atau situs yang menyediakan penggunanya untuk berbagi
tulisan, obrolan, dan lain-lain. Situs media sosial seperti Facebook, Twitter,
Blog, dan lain-lainnya dapat berbagi informasi satu sama lain. Masyarakat
menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi. Media sosial menyediakan
berbagai fitur yang disediakan secara menarik.
Selain itu perubahan budaya pada
pengguna media sosial banyak terjadi. Komunikasi secara langsung menjadi jarang
terjadi. Perubahan tata bahasa di media sosial membawa pada kehidupan
sehari-hari. Berlama-lama mengakses situs media sosial dapat “kecanduan” yang
memberikan beberapa dampak seperti menghabiskan waktu dengan percuma, melupakan
kehidupan nyata atau melupakan teman-teman “fisik” di sekitarnya. Sedikit demi
sedikit komunikasi tatap muka jarang terjadi, dan kemahiran berbicara secara
langsung bisa saja berkurang.
Teknologi yang dibuat manusia
seharusnya memudahkan pekerjaan manusia itu sendiri, bukan menyusahkan.
Masyarakat yang bergantung kepada media sosial sebagai alat komunikasi seharusnya
lebih mementingkan komunikasi tatap muka atau secara langsung. Memang media
sosial ini sudah melekat di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
mereka sulit membayangkan hidup tanpa media sosial; tanpa Facebook, tanpa
Twitter, tanpa Blog.